Selasa, 29 Maret 2016

Agama Kristen

HAKEKAT GEREJA

1. Pengertian Gereja
a. Arti Linguistik Kata ”gereja” sebetulnya tidak terdapat dalam Alkitab bahasa Indonesia, tetapi kata ini sama dengan ”jemaat” atau ”sidang jemaat” (Mat 16:18; 18:17; Rom 16:1,5). Kata Gereja ini adalah terjemahan dari bahasa Yunani ”ekklesia.” Kata ekklesia terdiri dari kata depan ”ek” yang berarti ”ke luar” dan kata kerja “kalein” yang berarti “memanggil.” Maka ekklesia berarti “orang-orang yang dipanggil ke luar dari dunia untuk menjadi milik Tuhan. Kata “ekklesia” diambil dari kebudayaan Junani waktu itu yang berarti suatu sidang warga kota untuk membicarakan dan mengambil keputusan selaku “Sidang Rakyat yang syah” (Kis. Ras. 19 : 39). “Ekklesia sebagaimana dipakai di dalam Matius 16 : 18 dan 18 : 17. Di dalam LXX (Septuaginta ) kata ini dipakai untuk menerjemahkan pengertian Jemaat. Dalam kebiasaan Yunani Klasik (non Kristen ) kata ini dipakai untuk”sidang parlemen” atau sidang rakyat, yang biasa diadakan di Athena pada hari-hari besar dengan dihadiri oleh para wakil rakyat dan penduduk segenap negeri.Anggota ekklesia adalah orang-orang yang dipanggil, yang dipilih. Dengan menggunakan istilah ekklesia untuk gereja, menunjukkan bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil yang dipilih.
Selain Ekklesia ada juga kata lain dalam bahasa Yunani yang berarti gereja yaitu “kuriakon” atau “kuriake” artinya milik atau kepunyaan Allah.
b. Istilah Gereja dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Portugis “Igreya” yang berarti sekawanan domba dengan satu gembala. Dan Gereja dalam bahasa Latin disebut igreia, dalam bahasa Inggris church, dalam bahasa Jerman kirche, dalam bahasa Swedia kyrke, bahasa Slavia cerkov, bahasa Scot kirk, bahasa Belanda kerk, bahasa Prancis “Englise”, bahasa Jepang “Kyokai”, bahasa Korea “Kyoohel” dan bahasa Mandarin “Jahwei” yang mempunyai arti milik Allah
2. Di dalam Perjanjian Lama ada dua istilah, yang menggambarkan tentang umat Tuhan, yaitu Qahal dan Edhah ’. Istilah-istilah ini dipakai dalam pelbagai bentuk, namun pada intinya menggambarkan jemaat yang beribadat, perkumpulan sidang. Arti di dalam Perjanjian Lama dalam Septuaginta ( bahasa Yunani), kata Ibrani “Qahal” diterjemahkan sebagai “ekklesia”Qahal menunjukkan sidang bangsa Israel di hadapan Allah misalnya: Jemaah Congretation (Ul. 31 : 30; 1 Taw 29 : 1). Jemaah Assembly (Hak 21 : 8) maka konsep orang Israel tentang “jemaah” adalah perhimpunan umat Allah di bawah kedaulatan Theokrasi. Qahal juga digambarkan dengan kemampuan berperang sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab Ester 8 : 11, 9:2, 15, 16, 18 dan yang tak asing di dalam kitab Hakim-Hakim. Masih banyak refleksi lainnya dalam ragam penggunaan istilah ini, termasuk dalam pengertian beribadat. Hal ini menunjukkan variabilitas keadaan jemaatNya. Mereka adalah umat Allah, dikuduskan, diurapi dan harus mendengarkan hukum Allah. Sedangkan istilah Edhah, mempunyai pengertian perkumpulan yang sudah ditetapkan. Apabila hal ini dikenakan kepada umat Israel, maka hal ini menunjuk kepada para pemimpin agama, baik yang sedang berkumpul maupun tidak. Karena itu pada umumnya dua kata dipakai bersama-sama dengan qahal, sehingga menjadi qahal-edhah yaitu jemaat sedang berkumpul.
Memahami istilah – istilah di atas maka dapat dikatakan bahwa pada hakekatnya gereja adalah kumpulan orang yang dipanggil Allah dari kegelapan dan masuk ke dalam persekutuan dengan Kristus untuk memberitakan kebenaran Nya. Ini menunjukkan pada semua yang menjadi milik Kristus di seluruh dunia dan disepanjang abad. Dalam 1 Petrus 1:2 diungkapkan bahwa gereja adalah “ Orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh , supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya”. Dan dalam 1 Petrus 2 : 9-10 disebutkan: “ kamulah bangsa yang terpilih imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu ke luar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib: kamu yang dahulu bukan umat Allah, tetapi sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani, tetapi yang sekarang telah berolah belaskasihan”.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah dipanggilNya. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah dipilihNya. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah ditebus dan dikuduskanNya. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah merespon jasaNya dengan iman. Gereja adalah umat Allah.
Sekian banyak pengertian gereja telah diungkapkan, tidak ada pengertian geraja yang menunjuk pada gedungnya. Gereja bukanlah gedungnya, tapi persekutuan orang-orang yang percaya kepadaNya.
Ada beberapa gambaran persekutuan antara Tuhan dengan orang-orang yang menjadi gerejaNya:
(1). Gereja Sebagai Carang pokok Anggur
Hakekat Gereja telah ditanamkan, bahwa persekutuan dengan Allah adalah merupakan persekutuan yang sedemikian rupa eratnya bagaikan relasi antara pokok anggur dengan carang-carangnya. Bahwa persekutuan umat Allah dengan Allah YHWH adalah merupakan karya Allah untuk memulihkan kembali persekutuanNya dengan manusia, sesudah manusia jatuh ke dalam dosa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gereja sebagai wujud nyata perjanjian Anugerah Allah.
(2). Gereja sebagai Tubuh Kristus
Tatkala Yesus mengatakan ”Aku akan membangun jemaat-Ku (Ekklesia)” (Mat 16:18), para murid mengetahui apa yang dimaksud dengan ”jemaat-Ku.” Seolah-olah Tuhan mengatakan: ”Lihatlah, orang-orang Yahudi mempunyai jemaat dan orang Yunani juga mempunyainya. Kini Aku akan membangun jemaat-Ku.” Menurut Hall Lindsay, gereja di dalam Perjanjian Baru adalah suatu demokrasi-teokratik, suatu lembaga yang bebas, tetapi kebebasan mereka berdasarkan kesetiaan kepada Kristus. Maka gereja merupakan suatu tubuh, di mana anggota-anggota-Nya disatukan melalui kasih mereka terhadap Kristus dan ketaatan kepada-Nya.
Gereja adalah Tubuh Kristus. Efesus 1:22-23 mengatakan, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Tubuh Kristus terdiri dari semua orang percaya mulai dari saat Pentakosta sampai saat Pengangkatan. Tubuh Kristus terdiri dari dua aspek:

(a). Gereja universal / sedunia yaitu gereja yang terdiri dari semua orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. 1 Korintus 12:13-14 mengatakan “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.
Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.” Kita melihat bahwa siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh Kristus. Gereja Tuhan yang sebenarnya bukanlah bangunan gereja atau denominasi tertentu. Gereja Tuhan yang universal/sedunia adalah semua orang yang telah menerima keselamatan melalui beriman di dalam Yesus Kristus.

(b). Gereja lokal digambarkan dalam Galatia 1:1-2, “Dari Paulus, seorang rasul, ... dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia.” Di sini kita melihat bahwa di propinsi Galatia ada banyak gereja – apa yang kita sebut sebagai gereja lokal. Gereja Baptis, gereja Lutheran, gereja Katolik, dll bukanlah Gereja sebagaimana gereja universal, namun adalah gereja lokal. Gereja universal/sedunia terdiri dari mereka-mereka yang telah percaya pada Yesus untuk keselamatan mereka. Anggota-anggota gereja universal/sedunia ini sepatutnya mencari persekutuan dan pembinaan dalam gereja lokal. Secara ringkas, gereja bukanlah bangunan atau denominasi. Menurut Alkitab, gereja adalah Tubuh Kristus – setiap mereka yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan (Yohanes 3:16; 1 Korintus 12:13). Dalam gereja-gereja lokal terdapat anggota-anggota dari gereja universal/sedunia (Tubuh Kristus).
(3). Gereja sebagai Bangunan
Dalam Matius 16 : 18, yang berbunyi: ” Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan JemaatKu”. Gagasan ini dikembangkan Paulus dalam surat I Korintus. Ia menyatakan bahwa jemaat Korintus adalah bangunan Allah (I.Korintus 3 : 9), dan kemudian ia menyamakan dirinya sebagai seorang ahli bangunan ( 1 Kor. 3:10) dan dasar bangunann satu-satunya adalah Kristus sendiri.
Hal ini membawa gagasan mengenai rumah Allah (1 Kor. 3 : 16). Keseluruhan orang percaya dipandang sebagai tempat kediaman Allah, Sebagaimana allah telah tinggal di dalam tempat maha kudus, maka Roh Kudus tinggal di dalam ekklesia.
Dalam surat Efesus , keseluruhan Jemaat dipandang sebagai rumah Allah (Ef. 2:19-22). Paulus berbicara mengenai ”seluruh bangunan” yang dipersatukan bersama-sama sehingga rapi tersusun dan tumbuh ” menjadi bait Allah yang kudus; di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah di dalam Roh ”. Jadi, yang dimaksud dengan ”bangunan” di situ bukanlah sebuah gedung atau suatu organisasi melainkan tempat kediaman Allah.
(4). Gereja sebagai Pengantin Perempuan
Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan tentang gadis-gadis yang menyongsong kedatangan mempelai perempuan (Mat., 25:1-13). Juga terdapat perumpamaan tentang perjamuan kawin untuk menggambarkan Kerajaan Surga ( Mat. 22 : 1 – 14 ). Kiasan itu diterapkan pada perhimpunan umat kristen (bnd.Ef. 5 ; 25 ). Jadi Gereja / jemaat sebagai mempelai Kristus, harus tetap murni dan setia kepada suami satu-satunya itu, yaitu Kristus.
  1. Dasar Berdirinya Gereja
Kejadian 3:9 mengungkapkan : ”Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya”. Dari ayat ini kita dapat melihat satu hal yaitu: TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, kalimat tersebut menunjukkan bahwa Tuhan telah merencanakan kehadiran gerejaNya di dunia ini sejak dari awalnya. Selain itu, dalam Matius 16:18 Ia berfirman: ” Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya”.
Ayat ini sungguh menarik, karena Tuhan Yesus sendiri berkata didepan murid-muridnya, ”di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan gerbang-gerbang alam maut tidak akan mampu menghadapinya.” Ini merupakan suatu janji yang luar biasa, suatu gereja yang dasyat kekuatannya!!
Dari uraian di atas dapat dipahami bawa Dialah yang merencanakan, merancang, mendirikan, memimpin dan menguduskan gerejaNya. Dan Dialah yang memiliki gereja. Gereja bukan milik manusia, atau majelis, atau Pendeta, atau pemerintah. Gereja adalah milik Allah sendiri.
Dengan demikian dasar berdirinya gereja bukan bersumber dari dunia ini melainkan dari pernyataan Allah, yang mengatakan ”oikodomeso mou ten ekklesian ” yang berarti:
”Aku hendak mendirikan jemaat-Ku untukKu sendiri”
Allah memilih umatNya atas inisiatif dan atas otoritasNya sendiri. Hal ini merupakan manifestasi anugerah Allah, namun juga sekaligus merupakan manifestasi kedaulatanNya dalam memilih. Tuhan memllih Israel dan Dia setia dengan pilihanNya itu. Israel dibawa kepada persekutuan dengan Allah sendiri. Mereka menjadi umat (Arab: ummah, Ibrani ’amm), yang dikenal di semua bahasa-bahasa Semit, yang artinya tak lain dari keluarga kaum kerabat, sanak saudara. Mereka menjadi’amm YHWH.
Penerapan
Hendaklah kita hidup saling menolong dan menguatkan , karena kita satu di dalam Tuhan. Dan sebagai Gereja Tuhan kita dipanggil untuk menyatakan kasih Yesus.
Perenungan
”Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera : satu tubuh, dan satu Roh” ( Efesus 4 : 3 )
3.Tugas Panggilan Gereja .
Gereja terpanggil melaksanakan Amanat Agung Kristus (Mark. 16, 15 ; Mat. 28, 20). Menjadi saksi Kristus adalah tugas Gereja dan warganya yang berlaku sepanjang masa dan bukan hanya bersaksi (marturia), tapi juga bersekutu (koinonia), melayani (diakonia). Inilah yang disebut tri tugas Gereja.
Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dari tritugas Yesus Kristus sendiri yakni: tugas nabi yang merupakan tugas mewartakan, tugas imami yang merupakan tugas menguduskan dan tugas rajani yang merupakan tugas melayani. Karena Yesus sendiri adalah Tuhan, maka dalam karyanya juga terdapat sikap yang melayani.
a. Bersaksi (Marturia).
”Marturia” adalah kata dalam bahasa Yunani yang artinya memberitakan Injil (Kabar Baik). ”Injil ” dalam Bahasa Yunani disebut ”Euanggelium” berarti ”Kabar Gembira”, di sebut kabar gembira karena Injil memuat berita pengampunan dosa bagi orang berdosa, orang berdosa membutuhkan orang yang tidak berdosa untuk mengampuni dosanya. Manusia yang tidak berdosa, yang dapat mengampuni manusia dari dosanya adalah Yesus Kristus. Dialah yang menghapus dosa manusia. Untuk itulah Yesus Kristus datang ke dunia.
Gereja terpanggil untuk memberitakan berita kesukaan dari Allah bagi semua orang agar percaya dan diselamatkan. Tugas yang dilakukan gereja sekaligus ia aktif dan ambil bagian pada karya keselamatan dari allah yang ditujukan kepada semua manusia dan ciptaan. Oleh sebeb itu semua kegiatan Gereja harus berhubungan dengan karya penyelamatan Tuhan bagi dunia ini. Artinya secara langsung warganya pada kehidupan sehari-hari. Gereja juga harus terbuka, dinamis, dialogis pada situasi perkembangan di masyarakat dengan sikap yang positif, kritis, kreatif dan realistis ( Roma 1: 14; 12:1-2; 1 Kor. 9: 19-23 ).
Gereja yang hidup adalah gereja yang bersaksi tentang Yesus Kristus di dunia ini. Seperti yang diamanatkan Tuhan: “Kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi.” ( Kis. 1: 8 )
Kesaksian dibagi menjadi 2 pengertian yaitu :
*. Kesaksian ke dalam : memberitakan Injil untuk membimbing dan mendewasakan gereja dan warganya agar diperlengkapi untuk setiap perbuatan yang baik sehingga mampu menjadi “saksi Injil” di tengah-tengah lingkungan dan pekerjaan masing-masing
*. Kesaksian ke luar : memberitakan Injil kepada semua orang dan kepada segala mahluk dalam segala aspek kehidupannya.
2.Bersekutu(Koinonia)
Istilah ”koinonia” berasal dari bahasa Yunani yang artinya persekutuan (Fellowship), atau dapat juga diartikan ”sharing” di dalam persahabatan, iman, pelayanan bahkan harta benda (Kis 2:44). Koinonia akan tercapai kalau kita rela diatur dan di satukan oleh Roh Kudus. Ayat dalam Alkitab yang mendasari persekutuan adalah 1 Korintus 1:19: ”Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”. Jadi dengan tugas persekutuan ini gereja harus bersekutu dengan Kristus artinya, gereja harus menyatu dengan Kristus sebagai kepala dan gereja sebagai anggota tubuhNya. Hanya dengan persekutuan ini gereja boleh hidup.
Gereja juga mendapat tugas untuk bersekutu dalam jemaat. Persekutuan yang dibangun dalam jemaat, haruslah berdasarkan kasih Kristus. Dalam Matius 22 diungkapkan : ” Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”. Demikian juga dalam 1 Korintus 13 tentang kasih, jika kita mengasihi Tuhan maka kasih tersebut harus tampak nyata terhadap sesama kita. Dengan demikian, tidak mungkin seseorang mengasihi Yuhan, tetapi tidak mengasihi sesamanya. Dan kasih tersebut harus nampak dalam perbuatan nyata. Dapat menghargai perbedaan, sehati dan sepikir ( Kisah Para Rasul 4 : 32 ). Selain persekutuan yang dibangun di atas kasih, persekutuan juga harus dilaksanakan dalam Roh ( Filipi 2:1), mengasihi orang miskin ( Yakobus 2:5 ), saling membantu dalam penderitaan hidup ( 1 Korintus 12:26 ), saling menolong ( Roma 15:1, 1 Kor. 8: 17 ) dan saling menguatkan.
2.Melayani(Diakonia)
Yang dimaksud ”melayani” adalah mewujudnyatakan kasih Tuhan terhadap sesama. Jadi, gereja yang melayani adalah gereja yang menyatakan kasih Tuhan kepada sesama dan menjadi kemuliaanNya. Dapat juga dikatakan bahwa melayani berarti mempergunakan segenap hidup kita bagi kemuliaan Allah, karena Allah di dalam Yesus Kristus telah lebih dahulu melayani kita bahkan dengan memberikan hidup-Nya bagi kita (Markus 10 : 45 ). Pelayanan kepada Allah dilakukan gereja bukan untuk mendapatkan balasan atau pahala, melainkan sebagai ungkapan syukur kepada-Nya yang telah mengasihi dan menyelamatkan kita. Oleh karena itu gereja harus menjalankan pelayanan dengan tulus, rendah hati , setia, tabah dan tidak menganggapnya sebagai beban. Pelayanan kepada Allah itu diwujudkan kepada sesama dan lingkungan. Tugas Pelayanan oleh gereja bertujuan untuk memperhatikan, membantu, memerdekakan dan melepaskan setiap orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka dan keluarga mereka masing-masing.
Pelayanan Gereja harus ditujukan kepada semua orang tanpa memandang suku, agama, ras, etnis, golongan, usia, jenis kelamin, status sosial dan sebagainya.
Dasar Diakonia adalah kasih Kristus. Sebagai orang yang telah menerima Kasih Kristus, orang Kristen menyatakannya dalam mengasihi sesama manusia tanpa kecuali. Meskipun mewujudkannya tidak segampang menyatakannya, namun gereja harus tetap bersemangat dalam melaksanakan tugas ini.
Kegiatan Ibu Teresa di India dicurigai seakan mau mengkatholikkan India. Sama seperti Indonesia, aksi Diakonia sering dikaitkan dengan isu Kristenisasi. Tugas Diakonia bukan hanya tugas Diaken, tapi tugas seluruh jemaat (semua orang percaya), termasuk penetua dan pendeta, karena diakonia adalah tugas Gereja. Ini juga menegaskan bahwa Gereja tidak bisa dipahami keberadaannya tanpa Diakonia.
Macam-macam diakonia:
1). Diakonia Karitatif
Tindakan charity (belas kasihan) adalah Diakonia yang merefleksikan belas kasih Allah kepada orang-orang yang menderita. Tindakan ini sudah biasa kita lakukan terhadap keluarga kemalangan, orang sakit, berkunjung ke penjara, pemberian kepada janda dan anak yatim piatu. Memberi makan gelandangan, menolong korban bencana (banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran, dll).
Di banyak jemaat masih sering dipersoalkan apakah anggota yang tidak aktif akan mendapat bantuan Diakonia bila mereka ditimpa musibah (kemalangan atau bencana)? Pertanyaan klasik seorang ahli Taurat tentang "siapakah sesamaku manusia"? (Lukas 10 : 29) masih menjadi permasalahan setelah berlangsung lebih dari 2000 tahun lamanya.
Orang Samaria yang murah hati tidak repot mengenai siapakah korban kekerasan/ perampokan yang dia temukan. Tindakannya didorong oleh belas kasihan. Gereja masih sering seperti tindakan imam dan orang Lewi, diikat oleh aturan organisasi, sehingga penyaluran kasih Allah terabaikan. Mungkin juga adanya alasan mendidik orang-orang malas/ tidak aktif agar mereka sadar. Diakonia Karitatif Gereja sering terperangkap sistem serikat tolong menolong "Aron", arisan, dll.
2). Diakonia Transformatif
Diakonia tidak hanya memperlihatkan belas kasihan kepada korban, tetapi mencegah agar jangan bertambah korban-korban baru. Berbicara tentang hal ini, mau tidak mau kita mengarahkan kepada perhatian pada struktur sebuah masyarakat yang tidak adil. Hal ini tidak mudah, bahkan sangat sulit merealisasikannya.
Mampukah Gereja mengupayakan keadilan di tengah-tengah ketidak adilan global yang dipelopori oleh negara-negara adikuasa.Hal yang dapat dilakukan oleh Gereja adalah melakukan penyadaran terhadap golongan masyarakat yang lemah yang selama ini termarginalkan, namun belum menjadi jaminan ada perubahan apabila kekuatan dari struktur yang menindas begitu kuat. Gereja tidak boleh putus asa dan berhenti menyampaikan suara kenabiannya seperti Amos.
Bentuk-bentuk Diakonia Transformatif.
a. Peningkatan ekonomi masyarakat di desa dengan penyuluhan pertanian, eternakan, perikanan, pertanian selaras alam, pemakaian pupuk organik (bebas bahan kimia). Membuat kelompok tani , advocacy kesadaran akan hak-hak rakyat.
b. Penyadaran bahaya HIV-AIDS dan NAPZA. Hal ini baik di kota maupun di desa. Akibat kemajuan bidang telekomunikasi ikut mempersubur timbulnya penyakit masyarakat ini.
c. Masalah perkotaan lebih rumit. Masalah perburuhan, gelandangan, anak jalanan, protitusi, kekerasan, ekonomi orang pinggiran yang setiap saat belum jelas masa depannya. Pengorganisasian masyarakat ekonomi lemah diperlukan. Mereka perlu dididik bagaimana mencari uang, menyimpan uang dan memakai uang. Sebagian besar pekerja Indonesia (69 %) bekerja dalam sektor non formal, tukang becak, ojek, penjual sayur, pedagang asongan, dll. Pemerintah tidak lagi memperhitungkan mereka sebagai penganggur. Berdasarkan data pemerintah pada saat ini ada sekitar 9 % penganggur di Indonesia (Sekitar 10 juta orang). Kriteria tidak menganggur di Indonesia : a). Bekerja dengan UMR Rp 925.000 ; b). Bekerja 35 jam seminggu.
Ketiga tugas Gereja (Koinonia, Marturia dan Diakonia) tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kesaksian tanpa Diakonia ibarat teori tanpa praktek. Diakonia tanpa kesaksian akan Yesus Kristus ibarat tindakan kemanusiaan semata dan dianggap ketidak beranian bersaksi. Kesaksian dinyatakan melalui kasih (Diakonia) oleh seluruh jemaat secara bersama (Koinonia). Gereja kelihatan sebagai Gereja apabila Gereja tersebut nampak sebagai satu segitiga sama sisi yang terdiri dari segi kesaksian, persekutuan dan pelayanan yang ketiganya tidak dapat dipisahkan.
Penerapan
Setiap orang dapat menjadi hebat, karena setiap orang dapat melayani, Kita tidak perlu menjadi sarjana dulu untuk dapat melayani, kita tidak harus mencocokkan subyek dengan kata kerja untuk melayani. Hanya perlu sekeping hati yang penuh kasih , sebuah jiwa yang diciptakan oleh cinta untuk melayani.Jadi hendaklah kita bisa melayani dengan sepenuh hati.
Perenungan
BERJAGA-JAGA DALAM TERANG TUHAN
(I Tesalonika 5:1 – 22)
Selaku gereja Tuhan, kita memiliki 3 pilar yang disebut dengan ”tri-tugas gereja” yaitu: persekutuan (koinonia), kesaksian (marturia) dan pelayanan (diakonia). Dalam perjalanan gereja yang kini telah mencapai 2000 tahun secara esensial tidak pernah berubah atau ditambah. Artinya ;tri tugas gereja tersebut telah dianggap cukup dan akomodatif bagi gereja untuk melaksanakan tugas panggilan dan perannya di tengah dunia ini. Namun anehnya hanya sebagian gereja yang sangat berhasil dalam melaksanakan ;tri-tugas gereja; tersebut, sebab tidak jarang beberapa gereja dan anggota jemaatnya
yang gagal untuk melaksanakan tri tugas gereja;. Pertanyaan yang timbul adalah: mengapa dapat terjadi demikian, yang satu berhasil dan mampu membawa perubahan yang luar biasa dalam melaksanakan tri-tugas gereja dan yang lain sepertinya gagal total?
Jadi apa yang salah dengan ”tri-tugas gereja”? Atau lebih khusus lagi adalah: mengapa kesaksian yaitu pemberitaan Injil di suatu jemaat dapat sangat transformatif tetapi di jemaat lain panggilan dan pelayanan di bidang pemberitaan firman serba melempen, tidak punya greget dan kuasa Roh? Bahkan di beberapa gereja, panggilan untuk memberitakan Injil tidak lagi dikenal dan dilaksanakan dalam program-program pelayanan mereka. Gereja-gereja yang demikian sering hanya melakukan suatu pelayanan rutin dan tidak memiliki panggilan untuk memberitakan Injil Kristus kepada sesama
melalui program pelayanan gerejawi. Pertanyaan dan perenungan ini menyadarkan kita bahwa ”tri-tugas gereja”
khususnya pemberitaan Injil sering tidak dilandasi oleh sikap dan spiritualitas yang selalu berjaga-jaga. Mungkin persekutuan atau pemberitaan Injil pada waktu awal dilakukan dengan sangat antusias, penuh semangat. Namun setelah itu persekutuan, pelayanan dan kesaksian kita segera pudar. Jemaat kembali tertidur secara rohani dan tidak konsisten untuk melaksanakan tugas panggilannya. Ini berarti kegagalan kita sebagai umat percaya bukan karena pondasi atau pilar ”tri-tugas gereja” kurang akomodatif, tetapi karena kehidupan kita sering dilandasi oleh spiritualitas yang tidak mau selalu berjaga-jaga. Kita sering tidak waspada sehingga si jahat yaitu kuasa kegelapan berhasil
membuat kita lengah sehingga kita tidak melaksanakan pemberitaan Injil secara konsisten. Kita hanya melaksanakan pekabaran Injil selama diselenggarakan bulan Misi. Padahal dalam kehidupan sekuler/duniawi hal sikap berjaga-jaga
justru merupakan prinsip utama agar mereka dapat menghasilkan produksi yang optimal. Kita dapat melihat berbagai perusahaan besar dan sukses senantiasa menganut prinsip ”non stop working” yang mana produksi terus berjalan
selama 24 jam penuh. Agar tetap optimal tugas para pekerja dapat dibagi menjadi 3 shift sehingga selama 24 jam perusahaan tetap aktif berproduksi. Mereka selalu terus berjaga-jaga agar hasil produksi tetap bermutu dan optimal.
Mereka tidak membiarkan terjadi kelalaian atau sesuatu yang dapat merugikan perusahaan. Sikap berjaga-jaga dan waspada merupakan bagian dari sikap profesional. Namun apakah kerohanian atau spiritualitas kita juga dihayati secara profesional dalam arti selalu optimal dan bermutu yaitu dengan sikap yang selalu berjaga-jaga dan waspada? Justru sikap rohani dan spiritualitas kita sering melalaikan sikap berjaga-jaga dan waspada. Saat kita beribadah atau
mendengar firman Tuhan dalam beberapa kasus kita tertidur seperti kisah Mr. Bean sewaktu dia mengikuti kebaktian. Sikap dari Mr. Bean tersebut merupakan gambaran dari kehidupan rohani kita yang sering tidak berjaga-jaga untuk mempertahankan konsistensi pelayanan khususnya pemberitaan Injil. Tugas yang mulia itu sering hanya kita lakukan
4. Sifat-sifat Gereja
Ciri - ciri Gereja Tuhan yang sejati .
Gereja Tuhan yang sejati adalah gereja yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
a. Gereja yang menerima SOLA GRACIA. Gereja yang menyadari bahwa segala sesuatu adalah anugerah Allah ( Efesus 2:8-9).
b. Gereja yang menerima SOLA FIDE. Gereja yang mengakui bahwa kita dibenarkan oleh Allah, hanya oleh karena iman kita kepada Kristus ( Roma 3:22,24,26, 5:1 ).
c. Gereja yang menerima SOLA SCRIPTURA. Gereja menempatkan Alkitab sebagai otoritas tertinggi dan mutlak ( 2 Petrus 20-21, 2 Timotius 3:16 ).
d. Gereja yang menerima SOLA CHRISTO. Gereja yang menempatkan seluruh karya Allah (penciptaan, pengampunan, penebusan dan pemeliharaan ) berpusat dan terikat pada Kristus ( Kol 1:16,20,22 ).
e. Gereja yang menerima SOLA DEO GLORIA. Gereja yang senantiasa memuliakan Allah ( I Kor 6:20, Fil 2:10-11 ).


Sifat dasar gereja
Kata "ekklesia" dipakai di Perjanjian Baru sebanyak 115 kali, di mana 92 kali dipakai untuk menunjukkan gereja setempat (local Chruch). Yang lain menunjukkan gereja di dalam pengertian yang umum. Dengan demikian kita megenal dua ganda sifat dasar gereja:

1. Dalam pengertian umum Ekklesia
"Ekklesia" mencakup semua orang yang beriman di dalam Kristus, tanpa menyinggung perbedaan waktu dan lokalitas (Mat 16:18). Inilah yang disebut dalam Pengakuan Iman Rasuli sebagai
"gereja yang kudus dan am." Gereja ini akan menjadi realitas sewaktu Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya (Ibr 12:23; Wahy 21:22).

2. Dalam pengertian lokal
"Ekklessia" merupakan gereja setempat, gereja yang berkaitan dengan waktu dan tempat dan merupakan sebagian dari gereja yang kudus dan am.
Tatkala Yesus mengatakan: "Aku akan membangun jemaat-Ku, kepadamu Aku berikan kunci Kerajaan Surga" (Mat 16:18). Di sini "jemaat" menunjukkan gereja di dalam arti yang umum. Tetapi janji Tuhan itu diulang di dalam Matius 18:18-20, di mana gereja setempat pun diberi "Kunci Kerajaan Surga."

Tujuan Gereja
Tujuan gereja tercantum dalam Efesus 1:12, yaitu untuk memuliakan Tuhan. Untuk mencapai tujuan ini, hehendaknya kita mengenal
dua kata yang sering muncul di dalam Perjanjian Baru :

.
Kedatangan Kerajaan Allah ke Dunia
Di kota Nasaret Yesus menyatakan, pada hari ini genaplah nasehat ini sewaktu kamu mendengarnya (Lukas 4 : 21), yaitu penyampaian kabar baik kepada orang-orang tawanan, pengelihatan bagi orang buta, membebaskan orang-orang tertindas, dan memberitakan tahun Rahmat Tuhan (Lukas 4 : 18 -19). Pernyataan tersebut ibarat proklamasi, Kerajaan Allah telah resmi datang. Lukas melanjutkan pada pasal 9 : 11, 13 ; bahwa kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui perkataan, ditindak lanjuti dengan penyembuhan dan peberian makan banyak orang.
Perkataan Yesus disertai dengan perbuatan, penyembuhan orang sakit dan pemberian makan orang banyak adalah bagian aksi dari kerajaan Allah. Sama seperti Yesus, Gereja harus berbuat untuk menolong orang sakit dan lapar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar